Kamis, 27 Februari 2014

Pesan Terakhir Alexander The Great

Setelah mengalahkan berbagai kerajaan, Alexander Agung pun kembali ke kerajaannya sendiri. Dalam perjalanan itu Alexander jatuh sakit. Dia pun menyadari bahwa kerajaannya, pasukannya, pedang yang tajam dan semua kekayaannya tidak bisa menolongnya. Karena sadar bahwa peluangnya untuk hidup tipis, ia memanggil jenderalnya dan menyampaikan pesan terakhir.
"Saya mungkin akan segera mati. Dan saya punya tiga permintaan. Laksanakan permintaan itu dengan sebaik-bainya:

Permintaanku pertama adalah, dokterku sendiri yang harus memikul peti jenasahku. Kedua, tebarkan emas, perak dan batu berharga koleksiku sepanjang jalan menuju kuburanku. Sedang permintaan yang ketiga adalah tolong kedua tanganku dibiarkan terentang keluar peti jenasah."
Semua yang hadir heran dengan permintaan yang aneh itu, tetapi tidak ada yang berani menanyakannya sedangkan sang jenderal kesayangan Alexander mencium tangannya lalu mendekapnya ke dada sambil berjanji.

"Baiklah Sang Raja, kami berjanji akan memenuhinya, tetapi katakanlah seperti itu?"

Setelah menarik napas dalam, Alexander Agung menjawab:
"Saya ingin dunia tahu tiga pelajaran yang saya dapatkan dalam kehidupan ini. Saya ingin doketr yang merawatku memikul jenasahku untuk memberi pesan kepada dunia bahwa tidak ada dokter mana pun yang bisa membantumu dalam situasi kritis seperti yang saya alami. Mereka tidak berdaya menyembuhkan aku. Karena itu kalian semua jangan menyia-nyiakan kehidupanmu.

Kemudian dengan menaburkan emas, perak dan batu berharga yang saya koleksi memberi pelajaran bahwa tidak sedikutpun emas atau kekayaan akan kita bawa mati. Makanya jangan membuang waktu dengan mengumpulkan kekayaan saja sedangkan akhirnya tidak sedikit pun yang engkau bawa ketika meninggalkan dunia ini.

Dan yang ketiga, dengan kedua tangan saya terentang keluar peti jenasah, memberi pengajaran kepada dunia bahwa aku datang ke dunia ini dengan tangan kosong dan aku meninggalkan dunia ini juga dengan tangan kosong."

Alexander Agung pun menghembuskan napas terakhir beberapa saat setelah menyampaikan kata-kata terakhirnya: " Bury my body, do not build any monument, keep mu hands outside so that the world knows the person who won the world had nothing in his hands when dying." (kubur tubuhku, jangan bangun monumen apapun untuk mengenangku), jaga tanganku tetap di luar sehingga dunia tahu bahwa seseorang yang telah memenangkan dunia tidak memiliki apapun di tangannnya ketiaka ia mati).

Kita tidak harus menunggu saat kritis seperti Alexander untuk menyadari hal-hal penting dalam kehidupan ini. Yaitu suatu saat ketika semua atribut dalam perjalanan karier dan kehidupan ini ditanggalkan.

Mari kita refleksikan diri melalui pertanyaan ini: SIAPAKAH SAYA, SETELAH SEMUA ATRIBUT DITANGGALKAN?



Sumber : Majalah Nurul Hayat Juni 2013