Senin, 16 Maret 2015

Sudah Jernihkah "Jendela" Kita?

Pasangan muda yang baru menikah menempati rumah di sebuah komplek perumahan.
Pagi itu, mereka berdua sarapan bersama. Si istri, melalui jendela kaca, melihat tetangganya sedang menjemur kain.
"Cuciannya kelihatan kurang bersih ya," kata sang istri, " Sepertinya dia tidak tahu cara mencuci pakaian dengan benar.
Mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih bagus."
Suaminya menoleh, tetapi hanya diam dan tidak memberi komentar apapun.
Sejak hari itu, setiap tetangganya menjemur pakaian, selalu saja sang istri memberikan komentar yang sama tenang kurang bersihnya si tetangga mencuci pakaiannya.
Seminggu berlalu, sang istri heran melihat pakai-pakaian yang dijemur tetangganya terlihat cemerlang dan bersih. Dia pun berseru kepada suaminya," Lihat, sepertinya dia telah belajar bagaimana mencuci denan benar. Siapa ya kira-kira yang sudah mengajarinya?"
Sang suami berkata, "Saya bangun pagi-pagi sekali hari ini dan membersihkan jendela kaca kita."
Dan begitulah kehidupan. Apa yang kita lihat pada saat menilai oranng lain tergantung kepada kejernihan pikiran atau "jendela" mana kita memandanngnya.
Jika HATI kita bersih, maka bersih pula PIKIRAN kita.
Jika PIKIRAN kita bersih, maka bersih pula PERKATAAN kita.
Jika PERKATAAN kita bersih (baik),  maka bersih (baik) pula PERBUATAN kita.
Hati, pikiran, perkataan dan perbuatan kita mencerminkan hidup kita.


By : Majalah Nurul Hayat Edisi 134, "Rehat" hal.46

Minggu, 08 Maret 2015

Jaga Suasana Hati

Ada 2 orang ibu memasuki toko pakaian & ingin membeli baju.
Ternyata pemilik toko lagi bad mood, sehingga tidak melayani dengan baik, dia justru bersikap tidak sopan dengan muka cemberut.
Ibu pertama jengkel menerima layanan yang buruk seperti itu. Yang mengherankan, ibu kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan pada penjualnya.
Ibu pertama bertanya, "Mengapa engkau bersikap demikian sopan pada penjual yang menyebalkan itu?''
Lantas dijawab,"Kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah penentu atas hidup kita, bukan orang lain."
"Tapi ia melayani kita dengan buruk sekali," bantah Ibu pertama.
"Itu masalah dia. Kalau dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan semacamnya, toh tidak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur & menentukan hidup kita. Padahal kita sendiri yang bertanggung jawab atas diri kita," jelas Ibu kedua.
Sahabat, tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain. Kalau orang memperlakukan kita buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang buruk juga. Begitu pula sebaliknya.
Kalau orang tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi.
Kalau orang lain pelit pada kita, kita yang semula ringan tangan alias pemurah, tiba-tiba jadi pelit ketika harus berurusan dengan orang tersebut.
Ini berarti tindakan kita dipengaruhi oleh tindakan orang lain.
Kalau direnungkan, sebenarnya betapa tidak arifnya tindakan kita, kenapa untuk berbuat baik saja, harus menunggu orang lain baik dulu?
Jagalah suasana hati kita sendiri. Jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak. Kita yang bertanggung jawab atas hidup kita, bukan orang lain.
"Pemenang kehidupan" adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar dan yang tetap tenang di tengah badai yanng paling hebat.

By : Nurul Hayat Edisi 133 {Rehat : halaman 46}

Renungan