"Green Roof" Solusi Alternatif Global Warming

Isu global warming ( pemanasan global ) saat ini hangat diperbincangkan khalayak, salah satu penyebabnya masalah berkurangnya Ruang Hijau Terbuka ( RTH ). Dengan kemampuan menangkap 55.000 karbon per 1 juta orang, sistem Green Roof dapat dijadikan solusi penambahan RTH untuk mengurangi dampak global warming.

Degradasi lahan areal terbuka dikota besar bukan menjadi alasan bagi masyarakat urban (kota) acuh pada lingkungan. Salah stu alternatif nya, yakni membuat atap hijau atau Green Roof. Sejak awal, konsep Green Roof adalah untuk menggantikan lahan hijau yang semakin langka karena keterbatasan ruang. Green Roof merupakan atap sebuah bangunan yang sebaguan atau seluruhnya ditutupi dengan vegetasi dan tanah yang berada diatas Waterproofing membran (lapisan atap) dan mungkin juga termasuk lapisan tambahan seperti akar penghalang dan drainase dan sistem irigasi.

Dahulu sistem green proof pertama diterapkan pada abad ke 7 di Babylon yang lebih dikenal dengan sebutan “taman gantungBabylon” ( The Hanging garden Babylon ) dari raja Nebuchadnezzar II yang dipersembahkan untuk istrinya yang berasal dari kawasan hijau. Namun saat ini keberdaan sistem Green Roof tidak hanya difungsikan sebagai tanaman yang hanya mempunyai nilai estetika namun sistem ini memberikan kontribusi dalam upaya pengurangan dampak global warming.

v  Kontribusi dalam Penanggulangan Global Warming

Secara umum ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem Green Roof. Pertama, keuntungan dari segi ekonomi yaitu : menambah ruang aktif, meminimaliskan biaya pemeliharaan dan renovasi bangunan, mereduksi air buangan dan menambah nilai estetika. Kedua, keuntungan dari segi eklogis : Mereduksi “urban Heat Islan Effect”. Menetralisasi polusi suara, menciptakan habitat bahi lingkungan alam liar. Penggunaan Green Roof ini dapat mengurangi pengaruh suhu baik untuk basement maupun untuk lingkungan. Bahkan Green Roof ini juga dapat dikatakan dapat berkontribusi dalam penanggulangan global warming, karena Green Roof juga mengurangi polusi, menyerap CO₂ dan juga menyumbangkan oksigen.

Seperti halnya kita ketahui baheasanya pemanasan global telah menjadi keprihatinan penduduk dunia, dan dengan adanya sistem Green Roof ini diharapkan dapat menambah Ruang Hijau Terbuka ( RTH ) di kota – kota besar. Meski bukan jawaban yang tepat dari masalah global warming, namun aplikasi Green Roof diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadapa penanggulangan masalah global warming. Dalam penelitian Kristin Getter, Michigan State University (MSU), menunjukkan bahwa atap hijau dapat bersifat multi – fungsional. Para peneiliti Michigan menemukan bahwa atap hijau wilayah perkotaan 1 juta orang akan menangkap 55.000 ton karbon. Hal itu sama dengan menghapus lebih dari 10.000 menengah SUV atau truck dari jalan dalam 1 tahun.

Di Jerman pada tahun 1960-an, Green Roof telah menjadi tren di era modern dan sejak itu menyebar ke berbagai negara. Penerapan sistem Green Roof diluar negeri sudah mengalami perkembangan pesat, slah satunya adalah Waldspirale sebuah apartemen di Darmstadt, Jerman. Selain itu bangunan luar negeri yang menerapkan sistem Green Roof diantaranya adalah California Academy of the Science, Roof Garden on Fifth, Taman diatas bangunan 40^th Story HBD, Singapore School or Art and Design, Ghibli Museum di Tokyo, ACROS Fukoka Building di Jepang, Atap hijau terluas di dunia di Pabrik Ford.

Hmmm…Gimana dengan di Indonesia???? Di Indonesia masih belum banyak kontruksi yang menerapkan Green Roof, karena pembangunan Green Roof memerlukan  kontruksi khusus. Namun, penerapan Green Roof di Indonesia sudah mulai di dikembangkan sob, coba kita lihat  beberapa pelaku bisnis property mulai mengembangkan perpaduan antara konsep hunian modern dengan sistem Green Roof. Sebagai contoh nya yaitu Rumah di Green Tranquility di Modern Hill dikawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, serta Hilltop Residence di Sentul City.